BAB
1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
belakang
Sistem endokrin terdiri dari
sekelompok organ (kadang disebut sebagai kelenjar sekresi internal), yang
fungsi utamanya adalah menghasilkan dan melepaskan hormon-hormon secara
langsung ke dalam aliran darah. hormon berperan sebagai pembawa pesan untuk mengkoordinasikan
kegiatan berbagai organ tubuh. Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem
saraf, mengontrol dan memadukann fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama
bekerja untuk mempertahankan homeostasis tubuh.
Kelenjar Hipofise adalah suatu
kelenjar yang terletak di dasar tengkorak dibawah Hypothalamus yang memegang
peranan penting dalam sekresi hormon dari semua organ-organ endokrin. Hormon
yang diproduksi sebagai Stimulator-provokator organ organ lain sehingga mampu
aktif. Kemampuan hipofise dalam mempengaruhi atau mengontrol langsung aktivitas
kelenjar endokrin lain menjadikan hipofise dijuluki “ master of gland “.
Pada kelenjar hipofise tejadi
hipersekresi maupun hiposekresi hormon, hal ini akan menyebabkan beberapa
kelainan yang perlu kita ketahui tanda, diagnosa dan penatalaksanaanya. Hal ini
kita pelajari karena kita sebagai seorang calon perawat harus mengerti dan
bisa mengaplikasikan dalam dunia kerja nantinya.
1.2 Rumusan
masalah
1.1.1
Bagaimana anatomi dan fisiologi kelenjar hipofisis anterior?
1.1.2
Apa pengertian dari hiperpituitari
dan hipopituitari ?
1.1.3
Apa etiologi dari hiperpituitari
dan hipopituitari ?
1.1.4
Bagaimana patofisiologi dan woc dari hiperpituitari dan
hipopituitari ?
1.1.5
Apa saja manifestasi klinis hiperpituitari
dan hipopituitari ?
1.1.6
Bagaimana penatalaksanaan hiperpituitari dan
hipopituitari ?
1.1.7
Bagaimana komplikasi dari hiperpituitari dan
hipopituitari ?
1.1.8
Bagaimana evaluasi diagnostik hiperpituitari dan
hipopituitari ?
1.1.9
Bagaimana prognosis hiperpituitari dan hipopituitari
?
1.1.10
Bagaimana asuhan keperawatan yang
dilakukan pada pasien yang mengalami hiperpituitari dan hipopituitari ?
1.3 Tujuan
1.3.1
Tujuan
umum
Menjelaskan
tentang apa itu hiperpituitari dan hipopituitari dan
bagaimana asuhan keperawatan yang harus dilakukannya
1.3.2
Tujuan
khusus
1.
Menjelaskan anatomi dan fisiologi kelenjar
hipofise anterior
2.
Menjelaskan tentang hiperpituitari
dan hipopituitari
3.
Menjelaskan etiologi dari
hiperpituitari dan hipopituitari
4.
Menjelaskan patofisiologi dan woc dari
hiperpituitari dan hipopituitari
5.
Menjelaskan manifestasi klinis pada pasien yang
mengalami hiperpituitari dan hipopituitari
6.
Menjelaskan penatalaksanaan pada pasien hiperpituitari
dan hipopituitari
7.
Menjelaskan komplikasi yang timbul pada pasien
dengan hiperpituitari dan hipopituitari
8.
Menjelaskan evaluasi diagnostik pada hiperpituitari dan
hipopituitari
9.
Menjelaskan prognosis pada pasien dengan
hiperpituitari dan hipopituitari
10.
Menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien dengan hiperpituitari
dan hipopituitari
1.4
Manfaat
a. Mengetahui dan menjelaskan apa itu gangguan kelenjar
hipofise anterior khususnya hiperpituitari dan hipopituitari, cara menanganinya
dan bagaimana asuhan keperawatannya.
BAB
2
PEMBAHASAN
2.1
Anatomi Dan Fisiologi Kelenjar Hipofise Anterior
Hipofisa merupakan sebuah kelenjar
sebesar kacang polong, yang terletak di dalam struktur bertulang (sela tursika)
di dasar otak. Sela tursika melindungi hipofisa tetapi memberikan ruang yang
sangat kecil untuk mengembang.
Jika hipofisa membesar, akan cenderung
mendorong ke atas, seringkali menekan daerah otak yang membawa sinyal dari mata
dan mungkin akan menyebabkan sakit kepala atau gangguan penglihatan.
Hipofisa
mengendalikan fungsi dari sebagian besar kelenjar endokrin lainnya. Hipofisa
dikendalikan oleh hipotalamus, yaitu bagian otak yang terletak tepat diatas
hipofisa. Hipofisa memiliki 2 bagian yang berbeda, yaitu lobus anterior (depan)
dan lobus posterior (belakang).
Hipotalamus
mengendalikan lobus anterior (adenohipofisa) dengan cara melepaskan faktor atau
zat yang menyerupai hormon melalui pembuluh darah (vaskuler) yang secara
langsung menghubungkan keduanya. Pengendalian lobus posterior (neurohipofisa)
dilakukan melalui impuls saraf.
Lobus anterior menghasilkan hormon yang pada akhirnya mengendalikan
fungsi:
•Kelenjar tiroid, kelenjar adrenal dan organ reproduksi
(indung telur dan
buah zakar)
•Laktasi (pembentukan susu oleh payudara)
•Pertumbuhan seluruh tubuh.
Adenohipofisa juga menghasilkan hormon
yang menyebabkan kulit berwarna lebih gelap dan hormon yang menghambat sensasi
nyeri.
Dengan mengetahui kadar hormone yang
dihasilkan oleh kelenjar yang berada dibawah kendali hipofisa (kelenjar
target), maka hipotalamus atau hipofisa bisa menentukan berapa banyak
perangsangan atau penekanan yang diperlukan oleh hipofisa sesuai dengan
aktivitas kelenjar target.
Hormon yang dihasilkan oleh hipofisa
(dan hipotalamus) tidak semuanya dilepaskan terus menerus. Sebagian besar
dilepaskan setiap 1-3 jam dengan pergantian periode aktif dan tidak aktif.
Beberapa hormon (misalnya
kortikotropin yang berfungsi mengendalikan kelenjar adrenal, hormon pertumbuhan
yang mengendalikan pertumbuhan dan prolaktin yang mengendalikan pembuatan air
susu) mengikuti suatu irama yang teratur, yaitu kadarnya meningkat dan menurun sepanjang hari, biasanya
mencapai puncaknya sesaat sebelum bangun dan turun sampai
kadar terendah sesaat sebelum tidur. Kadar hormon lainnya bervariasi,
tergantung kepada beberapa faktor. Pada wanita, kadar LH (luteinizing hormone)
dan FSH (follicle-stimulating hormone) yang mengendalikan fungsi reproduksi,
bervariasi selama siklus menstruasi. Terlalu banyak atau terlalu
sedikitnya satu atau lebih hormon hipofisa menyebabkan sejumlah gejala yang
bervariasi.
A. Fungsi Lobus Anterior
Lobus anterior merupakan 80% dari
berat kelenjar hipofisa. Bagian ini melepaskan hormon yang mengatur pertumbuhan
dan perkembangan fisik yang normal atau merangsang aktivitas kelenjar adrenal,
kelenjar tiroid serta indung telur atau buah zakar.
Jika hormon yang dilepaskan terlalu
banyak atau terlalu sedikit, maka kelenjar endokrin lainnya juga akan melepaskan hormon yang terlalu
banyak atau terlalu sedikit.
Salah satu hormon yang dilepaskan
oleh lobus anterior adalah kortikotropin (ACTH, adenocorticotropic hormone),
yang merangsang kelenjar adrenal untuk melepaskan kortisol dan beberapa steroid
yang menyerupai testosteron (androgenik). Tanpa kortikotropin, kelenjar adrenal
akan mengkisut (atrofi) dan berhenti menghasilkan kortisol, sehingga terjadi
kegagalan kelenjar adrenal. Beberapa
hormon lainnya dihasilkan secara bersamaan dengan kortikotropin, yaitu
beta-melanocyte stimulating hormone, yang mengendalikan pigmentasi kulit serta
enkefalin dan endorfin, yang mengendalikan persepsi nyeri, suasana hati dan
kesiagaan.TSH (thyroid-stimulating hormone) juga dihasilkan oleh lobus anterior
dan berfungsi merangsang kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon
tiroid.Terlalu banyak TSH menyebabkan pembentukan tiroid yang berlebihan
(hipertiroidisme), terlalu sedikit TSH menyebabkan berkurangnya pembentukan hormon
tiroid (hipotiroidisme).
Hormon yang
Disekresi Kelenjar Hipofise Anterior
Sel-sel
hipofisis anterior merupakan sel-sel
yang khusus mensekresikan hormon-hormon
tertentu, hormon-hormon tersebut yaitu :
a. Adrenocorticotropic hormone (ACTH)
Korteks adrenal mensintesis dan
mensekresi hormon steroid. Hormon yang dominan adalah :
1) Kortisol : memiliki efek glukokortiroid terhadap metabolisme karbohidrat dan merupakan respon terhadap
stres. Kelebihan glukukortiroid memiliki efek katabolik
terhadap metabolisme protein.
2) Aldosteron : mengatur homeostatis garam dan air.
3) Androgen : testosteron, androstenedion, 17
hidroksiprogesteron, dan dehidroepiandrosteron
sulfat (DHEAS) memiliki efek mempertahankan karakterisitik
seksual sekunder. Kelebihan produksi androgen menyebabkan virilisasi pada wanita.
ACTH
disintesis pada sel kortikotrop hipofisis anterior dan dilepaskan pada stimulasi pada stimulasi sel krtikotrop
oleh hormon pelepas kortikotropin (CRH)
hipotalamus.
b. Thyroid stimulating hormone (Thyrotropin, TSH)
TRH
merupakan tripeptida yang disintesis di nukleus paraventrikularis dan supraoptikus di hipotalamus dan disimpan
pada eminensia mediana. Sistem vena
portal mentranspor TRH ke hipofisis anterior tempat hormon ini menstimulasi sintesis TSH dan juga
melepaskan TSH dan prolaktin.
Kerja
hormon tiroid adalah untuk memberikan efek kalorigenesis, metabolisme karbohidrat dan lemak, serta efek pertumbuhan
dan perkembangan.
c. Gonadotropin
( FSH&LH)
Hormon
pelepas gonadotropin GnRH merupakan contoh sempurna dari hormon peptida untuk studi, karena
banyak sekali yang diketahui mengenai sifat
kimia, produksi, pelepasan, dan kerjanya. GnRH merupakan peptida hipotalmik yang dilepaskan secara pulsatil
ke dalam sistem aliran darah portal hipotalamus-hipofisis yang memasok kelenjar
jipofisis anterior. Sekresi pulsatil tersebut
mempertahankan fungsi gonadotrop hipofisis anterior untuk melepaskan gonadotropin LH dan FSH yang
diperlukan untuk fungsi ovarium dan
testis yang baik.
d. Growth hormone (GH)
GH
disintesis di sel somatotrop pada kelenjar hipofisis anterior. GH merupakan bagian dari famili hormon
polipeptida bersama prolaktin (PRL) dan laktogen plasenta. Kerja GH yang paling dramatis adalah pada pertumbuhan
otot dan tulang skelet. Adapun
kerja dari GH tersebut dapat dibagi menjadi kerja direct dan indirect. Kerja direct hormon GH
bersifat diabetogenik karena kerja hormon
ini berlawanan dengan kerja insulin dan bersifat lipolitik di sel lemak dan glukoneogenetik di sel
otot. Sedangkan kerja indirect hormon GH belerja pada hati untuk menstimulasi sintesis dan sekresi IGF-1 peptida
yang menstimulasi pertumbuhan tulang,
pada sel lemak IGF-1 menstimulasi lipolisis,
dan pada otot hormmon ini menstimulasi sistesis protein.
Sekresi
hormon pertumbuhan (GH) diregulasi terutama oleh hipotalamus yang memproduksi hormon pelepas hormon pertumbuhan
(growth hormone – releasing hormone,
GHRH). GHRH pada manusia merupakan peptida yang terdiri dari 44 asam amino, yang dilepaskan ke sistem portal dan
berkaitan dengan reseptor spesifik pada
somatotrop hipofisis anterior untuk menstimulasi pelepasan GH. Selain itu,
Hipotalamus juga memproduksi hormon inhibitor yang
disebut somatostatin, yang berfungsi menghambat pelepasan GH dari somatotrop.
e. Prolactin (PRL)
Prolaktin
(PRL) memacu sintesis susu. Bersama dengan steroid adrenal dan estrogen, PRL menstimulasi pertumbuhan sistem
duktus mamaria.
Sekresi
prolaktin (PRL) dari sel laktotrop hipofisis anterior dikontrol oleh suatu refleks, yaitu refleks isap
neuroendokrin. Sekresi prolaktin normalnya berada dalam kontrol inhibisi oleh dopamin dari hipotalamus. Pengontrolan
pelepasan prolaktin oleh otak
sangat kompleks dan belum sepenuhnya dimengerti. Peptida pelepas prolaktin yang baru telah ditemukan pada
hipotalamus, namun perannya sebagai
faktor pelepas PRL spesifik belum diketahui. Hormon pelepas tirotropin (TRH), peptida vasoinhibitor (VIP), dan
angiostensin II bekerja pada
hipotalamus untuk menstimulasi sekresi PRL dari hipofisis anterior. Prolaktin mempunyai banyak
efek lain baik pada pria maupun wanita, banyak
diantaranya masih belum sepenuhnya dimengerti. Hormon ini dilepaskan saat stres, tidur, saat makan,
dan berolahraga, dan terlibat dalam pertumbuhan
rambut. Selama siklus menstruasi normal, hormonini mempertahankan produksi reseptor LH, dan juga mempertahankan
produksi reseptor LH selama
kehamilan.
f. Melanocyte stimulating hormone (MSH)
Melanosit
Stimulating Hormon (MSH). Apabila hormon ini banyak dihasilkan maka menyebabkan kulit menjadi hitam.
TABEL KISARAN NORMAL ENDOKRIN
|
||
ACTH
|
09:00
|
10-80ng/L
|
Aldosteron (berbanding)
|
100-5—pmol/L
|
|
Kortisol
|
09:00
24:00
|
140-680 nmol/L
<100 nmol/L
|
FSH
|
Folikular
Pasca menopause
|
2-10 U/L
2-8 U/L
>15 U/L
|
GH
|
Setelah diberi glukosa
Stres
|
<2 mU/L
>20 mU/L
|
LH
|
Folikular
Pascamenopause
|
2-10 U/L
2-10 U/L
>20 U/L
|
PTH
|
10-65 ng/L
|
|
Prolaktin
|
50-400 mu/L
|
|
Renin
|
13-114 mU/L
|
|
Testosteron
|
Laki-laki
Perempuan
|
9-30 nmol/L
<2,5 nmol/L
|
TSH
|
0,3-4,0 mU/L
|
A. Hiperpituitarisme
2.1 Pengertian
Hiperpituitary
adalah suatu kondisi patologis yang terjadi akibat tumor atau hiperplasi
hipofisisme sehingga menyebabkan peningkatkan sekresi salah satu hormone
hipofise atau lebih.
Hiperpituitary
adalah suatu keadaan dimana terjadi sekresi yang berlebihan satu atau lebih
hormone - hormone yang disekresikan oleh kelenjar pituitary{ hipofise} biasanya
berupa hormone- hormone hipofise anterior (Izzha, 2012).
2.2 Etiologi
Hiperpituitari dapat terjadi akibat
malfungsi kelenjar hipofisis atau hipotalamus, penyebab mencakup :
1.
Adenoma primer salah satu jenis sel
penghasil hormone, biasanya sel penghasil GH,
ACTH atau prolakter.
2.
Tidak ada umpan balik kelenjar
sasaran, misalnya peningkatan kadar TSH terjadi
apabila sekresi HT dan kelenjar tiroid menurun atau tidak ada. (Buku Saku Patofisiologis, Elisabeth, Endah
P. 2000. Jakarta : EGC)
2.3 Patofisiologi
Hiperfungsi hipofise dapat terjadi
dalam beberapa bentuk bergantung pada sel mana dari kelima sel-sel hipofise
yang mengalami hiperfungsi. Kelenjar biasanya mengalami pembesaran disebut
adenoma makroskopik bila diameternya lebih dari 10 mm atau adenoma mikroskopik
bila diameternya kurang dari 10 mm, yang terdiri atas 1 jenis sel atau beberapa
jenis sel. Adenoma hipofisis merupakan penyebab utama hiperpituitarisme. Penyebab
adenoma hipofisis belum diketahui. Adenoma ini hampir selalu menyekresi hormon
sehingga sering disebut functioning tumor.
Kebanyakan adalah tumor yang terdiri
atas sel-sel penyekresi GH, ACTH dan prolaktin. Tumor yang terdiri atas sel-sel
pensekresi TSH-, LH- atau FSH- sangat jarang terjadi. Functioning tumor yang
sering di temukan pada hipofisis anterior adalah:
1. Prolactin-secreting tumors ( tumor penyekresi prolaktin ) atau prolaktinoma.
Prolaktinoma (adenoma laktotropin)
biasanya adalah tumor kecil, jinak, yang terdiri atas sel-sel pensekresi
prolaktin. Gejala khas pada kondisi ini sangat jelas pada wanita usia
reproduktif dan dimana terjadi tidak menstruasi, yang bersifat primer dan
sekunder, galaktorea (sekresi ASI
spontan yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan), dan infertilitas.
2. Somatotroph tumors ( hipersekresi pertumbuhan )
Adenoma somatotropik terdiri atas
sel-sel yang mengsekresi hormon pertumbuhan. Gejala klinik hipersekresi hormon
pertumbuhan bergantung pada usia klien saat terjadi kondisi ini. Misalnya saja
pada klien prepubertas, dimana lempeng epifise tulang panjang belum menutup,
mengakibatkan pertumbuhan tulang-tulang memanjang sehingga mengakibatkan
gigantisme. Pada klien postpubertas, adenoma somatotropik mengakibatkan
akromegali, yang ditandai dengan perbesaran ektremitas ( jari, tangan, kaki ),
lidah, rahang, dan hidung. Organ-organ dalam juga turut membesar ( misal;
kardiomegali). Kelebihan hormon pertumbuhan menyebabkan gangguan metabolik,
seperti hiperglikemia dan hiperkalsemia. Pengangkatan tumor dengan pembedahan
merupakan pengobatan pilihan. Gejala metabolik dengan tindakan ini dapat
mengalami perbaikan, namun perubahan tulang tidak mengalami reproduksi.
3. Corticotroph tumors ( menyekresi ardenokortikotrofik /ACTH )
Adenoma kortikotropik terdiri atas
sel-sel pensekresi ACTH. Kebanyakan tumor ini adalah mikroadonema dan secara
klinis dikenal dengan tanda khas penyakit Cushing’s.
2.4 Manifestasi Klinis
1.
Perubahan bentuk dan ukuran tubuh
serta organ – organ dalam (seperti tangan, kaki,
jari – jari tangan, lidah, rahang, kardiomegali)
2.
Impotensi
3.
Visus berkurang
4.
Nyeri kepala dan somnolent
5.
Perubahan siklus menstruasi (pada
klien wanita), infertilitas (ketidaksuburan)
6.
Libido seksual menurun
7.
Kelemahan otot, kelelahan dan
letargi (Hotman Rumahardo, 2000 : 39)
8.
Tumor yang besar dan mengenai
hipotalamus: suhu tubuh, nafsu makan dan tidur
bisa terganggu, serta tampak keseimbangan emosi
9.
Gangguan penglihatan sampai kebutaan
total
2.5 Penatalaksanaan
Hipofisektomi adalah tindakan pengangkatan adenoma hipofise melalui
pembedahan. prosedur operasi tersebut mencakup tindakan tranpenoidal
hiposektomi dengan narkose. Insisi pada lapisan dalam bibir atas masuk ke sella
tursika melalui sinus spenoidalis. Yang kedua adalah tranfrontal kraniotomi
yaitu dengan membuka rongga kranium melalui tulang frontal.
2.6 Komplikasi
1.
Gangguan hipotalamus.
2.
Penyakit organ ’target’
seperti gagal tiroid primer, penyakit addison atau gagal gonadal primer.
3.
Penyebab sindrom chusing
lain termasuk tumor adrenal, sindrome ACTH ektopik.
4.
Diabetes insipidus
psikogenik atau nefrogenik.
5.
Syndrom parkinson
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
a. Kadar prolaktin
serum
b. CT – Scan / MRI.
c. Pengukuran lapang pandang.
d. Pemeriksaan hormon.
e. Angiografi.
f. Tes toleransi glukosa.
g. Tes supresi dengan dexamethason.
Pengertian Hipopituitari
Hipopituitari adalah hiposekresi satu
atau lebih hormone hifopisis anterior. (Barbara C. Long)
Hipopituitari adalah insufisiensi
hipofisis akibat kerusakan lobus anterior kelenjar hipofise.(keperawatan
medical bedah, hal :233)
Hipopituitari adalah penurunan atau
tidak ada sekresi satu atau lebih hormone kelenjar hipofisis anterior. (standar
perawatan pasien, hal :399 )
Hipopituitari adalah defisiensi
hormone tyroid, adrenal, gonadal, dan hormone pertumbuhan akibat penyakit
hipofisis.(Jonathan gleadle)
Etiologi
Faktor- faktor yang dapat menyebabkan hipopituitari
diantaranya adalah :
1.
Sekunder : tumor
– tumor jinak atau ganas metastasik desak ruang.
2.
Vaskuler : perdarahan ke dalam adenoma hipofisis;
infark post partum (sindrom
seehan ); aneurisma arteri karotis.
3.
Infiltrasi dan granuloma : histiositosis, sarkoidosis,
hemokromatosis.
4.
Infeksi : tuberculosis, pasca meningitis.
5.
Traumatic : setelah cedera kepala.
6.
Sindrom sela tursika yang
kosong primer atau sekunder dari infark
tumor hipofisis.
7.
Hipopituitari idiopatik
8.
Defek congenital seperti
pada dwarfisme pituitary atau hipogonadisme
Patofisiologi
Penyebab hipofungsi hipofise dapat bersifat primer dan
sekunder. primer bila gangguannya terdapat pada kelenjer hipofise itu sendiri,
dan sekunder bila gangguan terdapat
dihipotalamus penyebab tersebut termasuk diantaranya :
1.
Defek perkembangan kongenital,
seperti pada dwarfisme pituitari atau hipogonadisme.
2.
Tumor yang merusak hipofise (mis:
adenoma hipofise nonfungsional) atau merusak
hipotalamus (mis: kraniofaringioma atau glioma).
3.
Iskemia, seperti pada nekrosis
postpartum (sindrom sheehan’s).
` Kelenjar hipofisis atau
pituitari terletak di bawah hipotalamus otak dan melekat melalui suatu tangkai
pada eminensia medialis otak yang terdiri dari lobus posterior (neurohipofisis)
dan lobus anterior. Lobus posterior berasal dari infundibulan diencefalon yang
mempunyai sambungan saraf langsung lewat jaras serat yang besar yang
mengekskresi hormon ADH dan oksitosin. Lobus anterior berkembang dari ektoderm
stomadeum (kantong Rathke) dan dikendalikan melalui sekresi hipotalamus yang
mensekresi hormone THS, ACTH, FSH, LH. Ujung sebagian serabut saraf hipotalamus
melepaskan neurohormon ke dalam kapiler eminensia medialis dan dibawa ke sistem
portal hipofisis. Eminensia medialis merupakan lintasan akhir bersama seluruh
faktor pelepas (releasing factor). Ada 2 tipe sekresi hipotalamus yaitu hormon
pelepas (releasing) dan hormon penghambat (inhibisi). Hormon hipofisis yang
tidak memiliki kontrol umpan balik dari produk kelenjar sasaran (growth
hormone, prolaktin, dan melanocyte-stimulating hormon) memerlukan inhibitor dan
stimulator hipotalamus untuk pengendaliannya. Yang memiliki stimulator adalah
kortikotropin, tirotropin, LH, FSH. (4,5)
Growth
hormone atau somatotropin mempunyai pengaruh metabolik utama yang pada
anak-anak untuk pertumbuhan somatik dan orang dewasa untuk mempertahankan
ukuran normal tubuh, pengaturan sintesis protein dan pembuatan nutrien. Growth
hormon memproduksi somatomedin yang memperantarai efek growth promoting.
Apabila tanpa somatomedin maka GH tidak dapat merangsang pertumbuhan. Sekresi
GH diatur oleh GHRH dari hipotalamus dan oleh somatostatin (hormon penghambat).
Pelepasan GH dirangsang oleh hipoglikemia dan oleh asam amino (seperti
arginin). (3)
Penghambatan
pelepasan GH dan somatostatin oleh kelenjar hipofisis akan mengakibatkan pertumbuhan terhambat yang ditandai anak
cebol, kepala bulat, wajah pendek dan lebar, tulang frontal menonjol, mata agak
menonjol, gigi berupsi lambat, ekstremitas kecil, pertumbuhan rambut hampir
tidak ada, keterlambatan mental. Hal ini diakibatkan oleh proses patologik
yaitu (1) Tumor hipofisis yang merusak sel-sel hipofisis yang normal. (2)
Trombosis vaskuler yang mengakibatkan nekrosis kelenjar hipofisis normal. (3)
Penyakit granulomatosa infiltratif yang merusak hipofisis, dan (4) Destruksi
sel-sel hipofisis yang bersifat idiopatik atau autoimun.
Manifestasi Klinis
1.
Sakit kepala dan gangguan
penglihatan atau adanya tanda-tanda tekanan intracranial
yang meningkat.
2.
Defisiensi hormone pertumbuhan :
gangguan pertumbuhan pada anak-anak (dwarfisme).
3.
Defisiensi gonadotropin : laki-laki
terjadi impoten, hilangnya libido, jumlah sperma
berkurang, gangguan ereksi, testis mengecil, dan rambut rontok. Pada wanita terjadi oligomenorea / amenorea,
atrofi uterus dan vagina, potensial atrofi
payudara, dan pada anak-anak mengalami terlambat pubertas. Pada dewasa terjadi tubuh pendek sekali,
pertumbuhan otot buruk sehingga cepat lelah,
emosi labil dan manifestasi deficit prolactin ( ibu pascapartum tidak mengeluarkan air susu dan kadar
prolactin serum kurang ).
4.
Defisiensi TSH : rasa lelah
konstipasi kulit kering gambaran laboratorium dari hipertiroidisme.
5.
Defisit kortikotropin : malaise,
anoreksia, rasa lelah yang nyata, pucat, gejala- gejala yang sangat hebat selama menderita penyakit sistemik
ringan biasa, gambaran lab dari
penurunan fungsi adrenal.
Penatalaksanaan
a. Kausal
1.
Bila disebabkan oleh tumor, umumnya
dilakukan radiasi bila gejala-gejala tekanan
oleh tumor progresif dilakukan operasi.
b. Terapi substitusi
1.
Hidrokortison antara 20 – 30 mg
sehari diberikan per–os, umumnya disesuaikan dengan siklus harian sekresi
steroid yaitu 10 – 15 mg waktu pagi, 10
mg waktu malam.
2.
Puluis tiroid / tiroksin diberikan
setelah terapi dengan hidrokortison.
3.
Pada penderita laki – laki berikan
suntikan testosteron enantot atau testosteron siprionat
200 mg intramuskuler tiap 2 minggu. Dapat juga diberikan fluoxymestron 10 mg per-os tiap hari.
4.
Esterogen diberikan pada wanita
secara siklik untuk mempertahankan siklus haid.
Berikan juga androgen dosis setengah dosis pada laki – laki hentikan bila ada gejala virilisasi ’’growth hormone’’ bila
terdapat dwarfisme.
c. Tumor hipofisis, diobati dengan
pembedahan radioterapi atau obat (misal : akromegali
dan hiperprolaktinemia dengan hymocriptine).
d. Defisiensi hormon hos diobati sebagai berikut : penggantian GH untuk defisiensi GH pada anak – anak, tiroksin dan
kortison untuk defisiensi TSH dan
ACTH, penggantian androgen atau esterogen untuk defisiensi gonadotropin sendiri (isolated) dapat
diobati dengan penyuntikan FSH atau HCG.
e. Desmopressin dengan insuflasi
masal dalam dosis terukur.
Komplikasi
1.
Kardiovaskuler.
a. Hipertensi.
b. Tromboflebitis.
c. Tromboembolisme.
d. Percepatan uterosklerosis.
2. Imunologi.
Peningkatan resiko infeksi dan penyamaran
tanda – tanda infeksi.
3. Perubahan
mata.
a. Glaukoma.
b. Lesi kornea.
4.
Muskuloskeletal.
a. Pelisutan otot.
b. Kesembuhan luka yang jelek.
c. Osteoporis dengan fraktur
kompresi vertebra, fraktur patologik tulang panjang,
nekrosis aseptik kaput femoris.
5. Metabolik.
Perubahan pada metabolisme glukosa sindrome
penghentian steroid.
6. Perubahan
penampakan.
a. Muka seperti bulan (moon
face).
b. Pertambahan berat badan.
c. Jerawat.
Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorik ditemukan
Pengeluaran 17 ketosteroid dan 17 hidraksi
kortikosteroid dalam urin menurun, BMR menurun.
b. Pemeriksaan Radiologik /
Rontgenologis ditemukan Sella Tursika :
1) Foto polos kepala
2) Poliomografi berbagai arah (multi
direksional).
3) Pneumoensefalografi.
4) CTScan.
5) Angiografi serebral.
c. Pemeriksaan Lapang Pandang.
1) Adanya kelainan lapangan pandang
mencurigakan.
2) Adanya tumor hipofisis yang
menekan kiasma optik.
d. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan kartisol, T3 dan T4,
serta esterogen atau testosteron.
2) Pemeriksaan ACTH, TSH, dan LH.
3) Tes provokasi dengan menggunakan
stimulan atau supresan hormon, dan dengan
melakukan pengukuran efeknya terhadap kadar hormon serum.
4) Tes provokatif.
2.8 Prognosis
Kematian dapat terjadi karena
keterlambatan dalam pengobatan.
Prognosis untuk hidup
tergantung pada faktor penyebab. Bila tidak ada lesi anatomik maka penderita
dapat mencapai usia tua.
Prognosis tinggi badan akhir
sulit, karena pertumbuhan masih mungkin berlanjut lama setelah masa remaja yang
lazim karena epifisis tetap terbuka. Maturasi seksual juga terjadi 10 - 20
tahun lebih lambat dari orang normal. Pertumbuhan susulan seringkali diamati
pada anak yang menjalani pembedahan kraniofaringioma atau tumor hipotalamus
lainnya. Yang mengherankan, pertumbuhan dapat terjadi bahkan tanpa hGH.
Tampaknya pertumbuhan bergantung pada somatomedin, karena kadar plasmanya
normal. Rangsangan untuk produksi somatomedin pada pasien-pasien ini tidak
diketahui.
FSH & LH
|
GH
|
PRL
|
MSH
|
ACTH
|
TSH
|
Sekresi GH
|
Hipopituitary
|
Tumor hipofisis /hipotalamus, trauma, infeksi SSP,
Autoimun, idiopatik
|
Gigantisme
Akromegali
|
Post
puber : pembesaran jari, tangan, organ dalam
|
Hiperpituitary
|
Gangguan pertumbuhan
|
Tumor hipofisis /hipotalamus,
|
Tumor hipofisis /hipotalamus,
|
Tumor hipofisis /hipotalamus, lesi
|
Tumor hipofisis /hipotalamus, Tumor adrenal
|
Tumor hipofisis /hipotalamus, pembedahan, Autoimun
|
Pertumbuhan lambat
|
Dwarfisme
|
Gangguan citra
tubuh
|
Hiperpituitary
|
Cemas/Takut
|
Ancaman kematian
|
Nyeri kepala
|
Gangguan sensori perseptual
|
Kompresi tumor pada nervus optikus
|
Gangguan transmisi impuls
|
Penekanan jaringan oleh
tumor
|
Sindrom cushing/hipersekresi kortisol
|
Pubertas
: pertumbuhan tulang memanjang
|
Kulit
menjadi hitam
|
Hiper gonadisme
|
Sekresi TSH
|
Sekresi FSH & LH
|
Disfungsi
seksual
|
Hipo
|
Hiper
|
PRL
|
Kegagalan mensek
resi air susu setelah melahirkan
|
Galak tore
|
PRL
|
Hipopituitary
|
Hiper tiroidisme
|
Palpitasi, takikardi dll
|
Infertilitas
|
Impotensi
|
Libido
|
Amenore
|
Hipo gonadisme
|
Sekresi FSH & LH
|
Hiper
|
Hiper pigmentasi
|
Kulit pucat
|
Sekresi MSH
|
Sekresi MSH
|
Hipopituitary
|
Hiperpituitary
|
Kortisol
|
Sekresi ACTH
|
Hipoglikemia
|
Glukoneogenesis berkurang, glikogen hati menurun,
peningkatan kepekaan jar. Perifer terhadap insulin
|
Kortisol
|
Sekresi ACTH
|
Hiperpituitary
|
Hipopituitary
|
Kelainan mental, & keterlambatan perkem -bangan
|
Hipotiroidism
|
Sekresi TSH
|
Sekresi GH
|
Hipopituitary
|
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan Keperawatan Hiperpituitary
A. Pengkajian
a.
Kaji riwayat penyakit, manifestasi klinis tumor
hipofise baik dari peningkatan prolaktin,
GH dan ACTH yang mulai dirasakan.
b.
Kaji usia, jenis kelamin dan riwayat penyakit yang
sama dalam keluarga.
c.
Pemeriksaan fisik mencakup :
1)
Amati bentuk wajah, khas apabila ada hipersekresi GH
seperti bibir dan hidung besar,
dagu menjorok ke depan.
2)
Amati adanya kesulitan mengunyah dan gigi yang tidak
tumbuh dengan baik.
3)
Pemeriksaan ketajaman penglihatan akibat kompresi
saraf optikus, akan dijumpai
penurunan visus.
4)
Suara membesar karena hipertropi laring.
5)
Pada palpasi abdomen, didapat hepatomegali dan
splenomegali.
6)
Disfagia akibat lidah membesar.
7)
Pada perkusi dada dijumpai jantung membesar.
B. Diagnosa
Keperawatan
a.
Nyeri kepala yang berhubungan dengan penekanan
jaringan oleh tumor.
b.
Perubahan citra tubuh b.d perubahan penampilan fisik.
c.
Disfungsi seksual
b.d penurunan libido,
infertilitas, dan impotent.
d.
Perubahan sensori perseptual (penglihatan) yang
berhubungan dengan gangguan
transmisi impuls akibat kompresi tumor pada nervus optikus.
e.
Takut yang berhubungan dengan ancaman kematian akibat
tumor otak
C. Intervensi
Keperawatan
a.
Nyeri kepala yang berhubungan dengan penekanan
jaringan oleh tumor.
Tujuan : setelah dilakukan intervensi selama 1 x 24 jam pasien mengalami perubahan
dalam rasa nyaman dan penurunan tingkat nyeri
Kriteria hasil :
1. Pasien tidak
mengeluh nyeri
2. Pasien
merasa nyaman
3. Skala nyeri
2 ( 0 – 4 )
Intervensi
|
Rasional
|
Dorong klien agar mau mengungkapkan apa yang
dirasakan.
|
Agar perawat mengetahui apa yang dirasakan klien.
|
Kaji skala nyeri
|
Untuk mengetahui intensitas dari nyeri dan
menentukan intervensi selanjutnya.
|
Berikan tehnik relaksasi dan distraksi
|
Pengalihan perhatian dapat mengurangi rasa nyeri.
|
Kolaborasi pemberian analgetik untuk mengurangi rasa
nyeri.
|
Pemberian obat analgetik untuk mengurangi nyeri.
|
b.
Perubahan citra tubuh b.d perubahan penampilan fisik.
Tujuan : setelah dilakukan
intervensi selama 3 x 24 jam klien
memiliki kembali citra tubuh yang positif dan harga diri yang tinggi.
Kriteria hasil
: Melakukan kegiatan penerimaan, penampilan.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Mandiri
:
Dorong klien
agar mau mengungkapkan pikiran dan perasaannya terhadap perubahan.
|
Untuk mengetahui apa yang dirasakan oleh klien
sehubungan perubahan tubuhnya.
|
Bantu klien
mengidentifikasi kekuatannya serta segi – segi positif yang dapat
dikembangkan oleh klien.
|
Agar klien mampu
mengembangkan dirinya kembali.
|
Yakinkan
klien bahwa sebagioan gejala dapat berkurang dengan pengobatan.
|
Agar klien
tetap optimis dan berfikir positif selama pengobatan.
|
c.
Disfungsi seksual
b.d penurunan libido,
infertilitas, dan impotent.
Tujuan : setelah dilakukan
intervensi selama 3 x 24 jam fungsi seksual klien kembali normal
Kriteria hasil : Mulai
membicarakan perasaan tentang seksualitas dengan pasangan, mengungkapkan
pengertian tentang efek terhadap pola seksual.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Mandiri
:
Identifikasi
masalah spesifik yang berhubungan dengan pengalaman pada klien terhadap
fungsi seksualnya.
|
Agar perawat
dapat mengetahui masalah seksual klien dan lebih terbuka kepada perawat.
|
Dorong klien
agar mau mendiskusikan masalah tersebut dengan pasangannya.
|
Agar klien
mendapat hasil mufakat bersama pasangannya.
|
d. Perubahan sensori perseptual (penglihatan) yang berhubungan dengan gangguan transmisi impuls akibat
kompresi tumor pada nervus optikus.
Tujuan : setelah dilakukan intervensi selama 2 x 24 jam perubahan sensori
perceptual tidak terjadi.
Kriteria hasil : Berorientasi pada tempat dan nama, tidak terjadi cedera, TTV dalam batas
normal (TD : 120/80 mmHG, T : 36-37 derajat C, RR : 16-24 x/menit, dan N :
60-100 x /menit)
Intervensi
|
Rasional
|
Dorong klien agar mau melakukan pemeriksaan lapang
pandang.
|
Agar perawat mengetahui jarak lapang klien.
|
Anjurkan keluarga untuk selalu
menemani pasien
|
Keluarga dapat mengawasi pasien agar tidak terjadi
cidera yang diinginkan
|
e. Takut yang berhubungan dengan
ancaman kematian akibat tumor otak
Tujuan : setelah dilakukan intervensi selama 3 x 24 jam klien akan
memperlihatkan penurunan tingkat kecemasan
Kriteria hasil : Klien dapat merasa tenang, dan kecemasan yang dirasakan
berkurang.
Intervensi
|
Rasional
|
Observasi tanda dan gejala kecemasan dan ketakutan,
catat ekspresi verbal maupun nonverbal.
|
Pemeriksaan tersebut ditujukan agar perawat dapat
memberikan rasa nyaman kepada pasien
|
Gali perasaan, anjurkan klien untuk mendiskusikan
ketakutan, diagnosa penyakit dan terapi yang diberikan
|
Agar pasien dapat mendapatkan terapi yang optimal
|
Berikan dukungan emosional.
|
Agar pasien tidak merasa sendiri dan mendapatkan
support / dukungan
|
Jelaskan secara sederhana tentang hal yang
ditanyakan klien
|
Bahasa yang sederhana dapat mempermudah pemahaman
pasien
|
Bantu klien untuk mengatasi kecemasan, berikut
alternative cara untuk mengatasi kecemasan seperti bimbingan imagenery,
teknik relaksasi.
|
Untuk menciptakan kenyamanan dan ketenangan pasien
|
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Lobus anterior merupakan 80% dari
berat kelenjar hipofisa. Bagian ini melepaskan hormon yang mengatur pertumbuhan
dan perkembangan fisik yang normal atau merangsang aktivitas kelenjar adrenal,
kelenjar tiroid serta indung telur atau buah zakar.
Hipofise anterior mensekresikan
beberapa hormon yaitu : Adrenocorticotropic hormone (ACTH), Thyroid stimulating
hormone (Thyrotropin, TSH), Foolicle stimulating hormone ( FSH), Luteinizing
hormone (LH), Growth hormone, dan prolaktin (PRL).
Adanya masa pada kelenjar hipofise
anterior serta terganggunya produksi hormon dapat menyebabkan gangguan yang
berupa hipofungsi kelenjar hipofise anterior (hipopituitary) dan hiperfungsi
kelenjar hipofise anterior (hiperpituitary).
4.2
Saran
1.
Kepada orang tua
khususnya harus lebih waspada dalam memerhatikan kesehatan jasmani maupun rohaninya agar terhindar dari penyakit yang
tidak diinginkan salah satunya adalah
dengan melakukan olahraga secara rutin.
2.
Kami selaku penulis
menyarankan kepada para pembaca baik individu, keluarga
maupun masyarakat serta teman-teman, agar kiranya dapat memerhatikan adanya gejala sakit kepala dan gangguan
penglihatan atau tekanan intraakranial
secara meningkat karena hal tersebut bisa menjadi suatu gejala dari gangguan pada kelenjar hipofise anteriornya.
DAFTAR
PUSTAKA
Baradero, Mary. 2009. Klien gangguan
endokrin. Jakarta : EGC
Izzha. 2012. Askep
hiperpituitari. http://izzh4.blogspot.com/2012/12/askep-hyperpituitary.html. Diakses pada tanggal 04 Maret 2013 pada pukul 16:54 WIB
Laksana. 2011. Askep
pada klien dengan gangguan kelenjar hipofisehiperpituitari dan hipopituitari. http://nursingbloglaksana.blogspot.com/2011/12/v-behaviorurldefaultvmlo.html. Diakses pada tanggal 03 Maret 2013 pada
pukul 11:09 WIB
Popon. 2012. Asuhan keperawatan dengan gangguan sistem
endokrin pada kasus hiperpituitari. http://poponsweet.blogspot.com/2012/12/hiperpituitari.html. Diakse pada tanggal 05 Maret 2013 pada pukul 16:00 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar